Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Kenapa pekerjaan Anda tidak pernah selesai?

Gambar
Dalam tulisan sebelumnya, saya telah menjelaskan bahwa kerja keras tidak ada gunanya jika Anda tidak memiliki tujuan yang jelas dan metodologi yang tepat. Apabila Anda belum membaca tulisan tersebut, silakan klik disini . Credit: carecallingnow.com Dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan kepada Anda tentang penyebab banyaknya pekerjaan Anda. Kenapa waktu 24 jam terasa belum cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan? Credit: football5star.com Sekarang saya akan mengutip satu cerita yang tertulis di biografi Zlatan Ibrahimovic. Pada suatu hari di kamp latihan Ajax Amsterdam, Zlatan  curhat  kepada Marco van Basten yang saat itu sedang merintis karir kepelatihan dan menangani tim muda Ajax. Percakapan mereka kurang lebih seperti ini. “Mister, saya dikritik oleh pelatih karena kurang membantu pertahanan. Bagaimana saran Anda?” “Jangan dengarkan para pelatih itu. Tugas utama seorang penyerang adalah mencetak gol. Kamu harus menyimpan energimu untuk itu.” Credit: zlatanibrahimovic.com Ketik

Membongkar mitos kerja keras, bukan determinan kesuksesan!

Gambar
Muhasabah diri. Credit: mim.or.id Sejak dulu hingga sekarang, kita mendapat doktrin bahwa kita harus bekerja keras agar bisa sukses dalam bidang apa pun. Apakah Anda percaya bahwa kerja keras adalah syarat utama untuk sukses? Apakah Anda berpikir bahwa semakin banyak waktu, tenaga, dan pikiran yang Anda habiskan untuk pekerjaan akan membuat Anda menjadi ahli? Sejujurnya, saya kurang setuju dengan teori ini. Kerja keras memang penting tapi bukan faktor utama yang paling menentukan. Anda tidak serta merta menjadi ahli karena sudah bekerja sangat lama. Saya akan memberi contoh sederhana tentang hal ini. Bapak saya sudah bermain bulutangkis selama lebih dari 40 tahun, artinya dia punya menghabiskan waktu yang sangat lama dan berpengalaman dalam bulutangkis. Pertanyaannya, apakah kemampuan bapak saya lebih baik daripada pemain junior PB Djarum berusia 15 tahun? Saya  haqqul yaqin , bapak saya tidak punya kesempatan untuk menang. Perbedaan teknis di antara bapak saya dengan atlet remaja PB D